Senin, 14 Januari 2013

On Vacation - Beras Basah Island

Ada seorang anak kecil terpaku menatap rumah yang tak berpenghuni didepannya. Hanya terdapat selisih lima rumah antara rumahnya dan rumah tersebut. Rumah itu selalu ia lewati pada saat pergi dan pulang dari sekolah. Bertahun-tahun sejak ia lahir dan tinggal disana, tak pernah ia melihat sebatang hidung atau sehelai rambut (ngapain juga sehelai rambut dicari-cari?) pun pemiliknya mengunjungi, bersih-bersih, atau bahkan berada disitu meskipun cuma satu detik. Ada apa dengan rumah ini? Apakah berhantu? Apakah pemiliknya sudah meninggal? Atau pemiliknya masih ada dan menjelma menjadi roh penunggu rumah? Atau mungkin pemiliknya lupa kalau ia punya rumah disini?

Seperti cerita diatas, saya kadang penasaran, prasangka apa ya yang dipikirkan para pembaca terhadap blog ini. Apakah mereka pikir saya ini orangnya cantik dan baik hati (ngarep), ato berharap sebaiknya saya ikut kompetisi rekor Muri untuk memecahkan batu dengan kepala terbanyak daripada blogging disini. Yah, kalau pembaca lebih berharap yang kedua, saya gak punya pilihan  selain bunuh diri dengan niup lilin.

By the way, saya kembali kesini buat ceritain tentang pengalaman liburan saya  ke Pulau Beras Basah yang ada di wilayah Bontang, Kaltim tiga hari yang lalu. Itu liburan kedua terjauh saya selain ke Balikpapan. Kasian ya, impian terpendam adalah menjadi seorang backpacker, tapi sejauh ini cuma bisa pergi jauh ke kedua kota itu aja, itupun kalo gak ke pantai, ya ke penangkaran hewan. Ckckck, nasib! Nasib! Tapi gak papa, saya akan tetap menganggapnya berkesan karena itu kali pertama saya pergi kesana. Buat yang  belum pernah ke Beras Basah Island, mending googling image nya dulu deh, biar menambah wawasan maksudnya, hehehe. Ini hasil jepretan pertama saya setelah sampai disana, dalam bentuk panorama.


*Waktu motret foto ini, gak sadar ada figuran lewat, hehe. Becanda :P



*Wah, kalo foto ini saya jadi ngerasa aneh, langit kuning, tapi lautnya biru?? (padahal editan sendiri)

Beras basah merupakan pulau kecil yang luasnya kurang lebih sama dengan luas wilayah RT. 02 tempat tinggal saya (lho). Perjalanannya sendiri, saya itung-itung dari Pelabuhan Tanjung Laut nyebrang ke pulau itu sekitar 40-45 menit. Karena naik kapal feri mahal, maka saya dan teman-teman (sekitar 20 orang) memutuskan untuk menyewa kapal kecil nelayan-nelayan disana yang memang diperuntukkan untuk para pelibur yang ingin menyebrang ke pulau Beras Basah, dengan budget terbatas *suara bisik mode on*.



Carterannya gak tau berapa (karena bukan saya yang ngurusin masalah pengeluaran) tapi ada teman yang bilang sekitar 500 ribu pulang-balik. Kalo ternyata dibawah ato diatas budget tersebut, jangan salahkan saya ya, itu kan kata teman saya :P
Saya gak tau kenapa nama pulaunya Beras Basah, tapi setelah berpikir keras, mondar-mandir, berjemur berjam-jam dan guling-guling di pasir, akhirnya saya menarik kesimpulan bahwa nama tersebut diambil karena muara pantainya di dominasi pecahan batu-batu koral segede upil daripada pasir, sehingga saat terkena ombak, airnya tetap jernih, dan butirannya persis seperti beras yang sedang dicuci. Berbeda bila ombak yang menghantam pasir, pasti partikel pasir terangkat dan mengeruhkan air laut seperti debu. Pantainya sangat bersih. Banyak biota laut yang belum saya temukan di pantai-pantai yg pernah saya datangi sebelumnya. Disini saya ketemu berbagai jenis binatang aneh, ada yang bentuknya mirip camilan kue lebaran yang punya beberapa tentakel aneh di ujungnya. Yang ini saya gak berani pegang, siapa tau yang ini bisa ngisep darah. Hii. Ada juga starfish  ato bintang ikan, eh bintang laut maksudnya. Awalnya, gak berani megang karena takut bisa aja tuh binatang tiba-tiba beracun. Tapi, saat belajar biologi di SMP dulu, kayaknya gak ada tuh penjelasan tentang bintang laut beracun, yang ada cuma keong racun kan? Jadi saya beraniin deh :D


Dan terakhir, pulau ini bener-bener gak cocok bagi orang yang rempong masalah "mandi bersih". Bayangin aja, lima liter air disana dipatok dengan harga LIMA RIBU!! Wah, kalo yang budgetnya pas-pasan  gimana ya? mending mandi air laut aja deh kalo gitu? Gratis, hehe. Saya rada kasian sama yang tinggal dipulau itu, gimana mereka mengatasi soal mandi memandi ini ya. Soalnya cuma ada dua cara buat dapatin air tawar; kalo gak nampung air ujan, berarti harus nyebrang ke pulau lainnya. Kalo harus ke pulau lain kan make biaya banyak nih, pasti mereka lebih milih nampung air ujan. Kalo pas musim kemarau gimana ya nasib mereka? After all, the vacation in here is really fun. It recommended  untuk hunting foto, yg sudah bosan dengan pantai-pantai biasa, tapi untuk fasilitas permainan, saya yakin kalian cukup puas dengan banana boat. Kalo saya sendiri sih belum (padahal nyoba juga gak). Maunya sih ada bunggee jumping gitu kayak di Bali. Kalo disana itu loncatnya dari jembatan, nah disini kita pasang di puncak mercusuar. Gimana? Gimana? :D

0 komentar:

Posting Komentar