Senin, 02 April 2012

Toga di Tepi Jendela


 


Holaaa everyone!

Udah lama gak posting lagi. Sekitar 2 mingguan ya? Ya, kemarin kan posting tiap hari rabu malam karena tuntutan tugas dari dosen, hihihi. Kalo sekarang udah free dari tugas. Posting hari ini mau review sebuah buku nih (note: ini bukan untuk tugas). Bukunya inspiratif banget, berjudul "Toga di Tepi Jendela".  Berisi berbagai cerita pendek atau pengalaman nyata penerima beasiswa Etos (baca : etoser). Saya bukan etoser, tapi teman sekelas saya.

Namanya Hani'atul Fauziah (dear Hani, karena ada namamu disini, besok gratis roti 1 baki ya, muahahaha). Cewek yang satu ini hidupnya penuh dengan semangat. Ada yang bilang dia warung berjalan. Karena semua yang berhubungan dengan perut, cemilan atau minuman (sekarang lebih fokus ke roti), dia orang nomor satu yang paling dicari-cari polisi. Orangnya kalem, tapi kalem-kalem ketawanya ngakak kayak orang kesurupan. Sumber masalahnya adalah ada beberapa orang di kelas kami, yang ternyata berbakat jadi komedian. Tiada hari tanpa ketawa. Dulu waktu semester satu, pertama masuk kelas. Melihat tampilan teman-teman sekelas, saya kira mereka itu orangnya kaku semua, serius, dan dewasa (image-image mahasiswa di tipi-tipi). Ternyata oh ternyata, anak Teka kalah semua (lho).

Fokus! Fokus!
Ini mau review buku ato review teman kuliah sih? Hehe. Maaf, maaf.
Ceritanya lembaga yang mengadakan beasiswa untuk si Hani ini menyelenggarakan sebuah event besar, event nasional yang diikuti oleh anak-anak SMA. Didalam event tersebut, mereka me- launchingkan sebuah buku berjudul "Toga di Tepi Jendela" hasil karya tulis dari para etoser itu sendiri. Waktu saya dengar judulnya, aneh. Toga? Ternyata toga itu adalah topi berbentuk bujur sangkar yang dipakai untuk wisuda. Saya suka banget sama cover depan buku ini. Ada sebuah gambar jendela yang ditepinya terdapat gambar topi petani, dan ditepi berseberangan lainnya bergambar toga. Tiga inti gambar tersebut sudah mewakili isi buku tersebut yaitu sebuah pilihan apakah ingin menjadi seseorang akademisi di perguruan tinggi atau "petani" dalam arti luas. Dalam hal ini bisa berarti pekerjaan apa saja yang mungkin dilakukan oleh anak SMA yang tidak melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.

Pendidikan.
Pendidikan adalah sebuah cara untuk melepaskan bangsa kita dari lingkaran kemiskinan. Kenapa negara yang maju sistem pendidikannya pasti bagus? Karena kedua hal itu berkaitan. Pendidikan membuat orang menjadi lebih pandai, kreatif dalam berinovasi, berpikir, dan mengajarinya peka terhadap lingkungan di sekitarnya. Tentunya diimbangi dengan moral yang baik juga. Seberapa bagus pun sistem pendidikan suatu negara bila moralnya jelek ya tetap BAD. Bagaimana dengan Indonesia? Sistem pendidikan di Indonesia sudah lumayan bagus, tapi biayanya yang masih mahal. Sedangkan banyak anak-anak berbakat di Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya malah gigit jari karena terhalang biaya kuliah. Mayoritas anak-anak miskin jadi melupakan cita-cita masa kecilnya dan lebih beralih kepada masalah "bagaimana bertahan hidup sekarang dengan bekerja apa aja yang penting halal untuk membantu keluarga daripada pusing-pusing mikirin kuliah yang cuma ada dalam mimpi". Dan Indonesia pun kehilangan mayoritas generasi masa depan berbakat yang berpeluang memajukan negara ini. Tapi untungnya gak semuanya seperti itu. Masih ada anak-anak luar biasa yang punya semangat empat-lima, bertempur sampai titik darah penghabisan. Hilang satu kesempatan untuk sekolah, mereka cari lagi peluang lain tanpa putus asa demi mencapai cita-cita.

Inilah isi buku tersebut. Cerita-cerita mengharukan dari teman-teman kita yang hampir putus sekolah karena masalah biaya. Tapi karena ketekadan mereka yang luar biasa, maka jadilah mereka sekarang seorang akademisi berprestasi dalam bidangnya masing-masing. Saya aja waktu membacanya bener-bener terharu. Begitu banyak cobaan nya menjadi orang tak punya uang. Saya sendiri aja yang masih mampu (alhamdulillah) dibiayai orang tua jadi mengutuki diri sendiri, karena jarang mensyukuri nikmat-Nya yang diberikan kepada saya. Sedang diluar sana, banyak yang menangis karena ketidakberuntungan keadaan mereka. Bersyukurlah orang-orang yang punya tekad sekuat baja, sehingga jalan mereka dalam menempuh pendidikan di lancarkan oleh Allah SWT. Salah satu penulis bestseller favorit saya, Andrea Hirata berasal dari keluarga miskin di pulau Belitong. Tapi itu tidak menggoyahkan semangatnya untuk sekolah, malah impiannya untuk sekolah ke Sorbonne, Paris tercapai. Dan dia menjadi salah satu orang yang menurut saya berpengaruh di Indonesia. Bukunya membuka mata hati semua orang akan pendidikan di negara ini.

Jangan takut bermimpi.
Karena mimpi adalah sumber api semangat hidup kita. 

Buat teman-teman yang sedang baca tulisan ini langsung cari bukunya yaa. Biar kita semua sama-sama terinspirasi dengan cerita-cerita mereka. Semoga dengan ini juga pemerintah makin fokus terhadap masalah pendidikan di Indonesia, jangan malah fokus ke korupsi mulu, hehe.

Pesan dari Nabi Muhammad : "Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina"